Sri Sugiastuti

Mendidik dengan hati berdakwah lewat tulisan membaca dengan kaca mata 5 dimensiselalu ingin berbagi dan menjaga silahturahmi Tulisan adalah warisan yang ber

Selengkapnya
Navigasi Web
Hindari Bicara Tanpa Pahala

Hindari Bicara Tanpa Pahala

Hindari Bicara Tanpa Pahala

Oleh: Sri Sugiastuti

Manusia dikarunia Allah alat indera untuk bicara. Lidah bagian dari alat indra tersebut. Lidah yang dimiliki harus digunakan untuk hal yang bermanfaat. Jangan sampai hanya karena lidah bisa terjerat berbagai masalah, dan berujung ke neraka.

Lidah juga yang bisa dengan mudah dimanfaatkan untuk menabung bekal di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling nasehat-menasehati sehingga meraih banyak pahala.

Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.

Lidah bisa jadi modal untuk melakukan amal shalih. Orang yang mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha memanfaatkan segala potensi diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin.

Perhatikan beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah. Berharap setelah paham akibat negatif bila tidak menjaga lidah, kita akan lebih berhati-hati dalam bertutur kata. Di antara bencana-bencana itu adalah :

Pertama: Membicarakan Sesuatu Yang Tidak Bermanfaat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi).

Sesuatu yang tidak bermanfaat itu, bisa berupa perkataan atau perbuatan; perkara yang haram, atau makruh, atau perkara mubah yang tidak bermanfaat. Agar terhindar sebaiknya seseorang selalu berbicara sesuatu yang mengandung kebaikan. Jika tidak bisa, hendaknya diam. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan sesuatu yang baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim).

Tidak dipungkiri hal ini cukup berat, namun seorang hamba yang ingin selamat di akhirat, wajib berusaha melakukannya. Diriwayatkan bahwa Muwarriq al-‘Ijli rahimahullah berkata, "Ada satu perkara yang aku sudah mencarinya semenjak duapuluh tahun lalu. Aku belum berhasil meraihnya. Namun aku tidak akan berhenti mencarinya”.

Orang-orang bertanya, “Apa itu wahai Abu Mu’tamir? ” Dia menjawab, “Diam (tidak membicarakan-red) dari sesuatu yang tidak bermanfaat bagiku”

Sikap diam bisa menyelamatkan diri, bila memang kita merasa ucapan tidak akan menyelesaikan masalah.

Kedua: Berdebat Dengan Cara Batil Atau Tanpa Ilmu. Sering kita jumpai di forum ,atau di Televisi suatu perdebatan yang tidak bermanfaat dan melelahkan.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mendebat dalam hadits ini maksudnya adalah mendebat dengan cara batil atau tanpa ilmu. Sedangkan orang yang berada di pihak yang benar, sebaiknya dia juga menghindari perdebatan. Karena debat itu akan membangkitkan emosi, mengobarkan kemurkaan, menyebabkan dendam, dan mencela orang lain.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. (HR. Abu Dawud).

Ketahuilah bahwa kewajiban seorang Muslim salah satunya menghindari perdebatan yang tidak jelas. Jika penjelasan itu diterima, itulah yang dikehendaki. Namun jika ditolak, maka hendaklah dia meninggalkan perdebatan.

Ketiga: Banyak Berbicara, Suka Mengganggu Dan Sombong. Tiga sikap yang sering menggunakan alat indra lidah ini sangat berbahaya. Dengan lidah yang tajam melukai perasaan orang lain. Masalah ini dijelaskan dalam sabda beliau;

“Sesungguhnya termasuk orang yang paling kucintai di antara kamu dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik akhlaqnya di antara kamu. Dan sesungguhnya orang yang paling kubenci di antara kamu dan paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah ats-tsartsarun, al-mutasyaddiqun, dan al-mutafaihiqun.

Para sahabat berkata: “Wahai Rsulullah, kami telah mengetahui al-tsartsarun dan al-mutasyaddiqun, tetapi apakah al-mutafaihiqun? Beliau menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Setelah meriwayatkan hadits ini, imam Tirmidzi rahimahullah mengatakan, ”ats-Tsartsar adalah orang yang banyak bicara, sedangkan al-mutasyaddiq adalah orang yang biasa mengganggu orang lain dengan perkataan dan berbicara jorok kepada mereka”.

Imam Ibnul Atsir rahimahullah menjelaskan: “ats-Tsartsarun adalah orang-orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri dan keluar dari kebenaran. al-Mutasyaddiqun adalah orang-orang yang berbicara panjang lebar tanpa hati-hati. Ada juga yang mengatakan, al-mutasyaddiq adalah orang yang mengolok-olok orang lain dengan mencibirkan bibir kearah mereka”.

Imam al-Mundziri rahimahullah mengatakan: “ats-Tsartsar adalah orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri. al-Mutasyaddiq adalah orang yang berbicara dengan seluruh bibirnya untuk menunjukkan kefasihan dan keagungan perkataannya. al-Mutafaihiq hampir semakna dengan al-mutasyaddiq. karena maknanya adalah orang yang memenuhi mulutnya dengan perkataan dan berbicara panjang lebar untuk menunjukkan kefasihannya, keutamaannya, dan merasa lebih tinggi dari orang lain. Oleh karena inilah, Nabi muhammad SAW menafsirkan al-mutafaihiq dengan orang yang sombong.

Tetapi tidak termasuk sajak yang dibenci, lafazh-lafazh yang disampaikan khatib, kalimat indah untuk memberi peringatan, asal tidak berlebihan dan aneh. Karena tujuannya adalah untuk membangkitkan hati dan menggerakkannya menuju kebaikan, kalimat yang indah, dan semacamnya.

Keempat: Mengucapkan Perkataan Keji, Jorok, Celaan, Dan Semacamnya. Tanpa sadar seseorang sering terjebak dalam situasi seperti ini. Maka ketika mengalami hal seperti ini, secepatnya beristiqfar.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan lain-lain).

Sikap keji dan jorok adalah mengungkapkan perkara-perkara yang dianggap tabu dengan kata-kata gamblang. Biasanya tentang lafazh-lafazh jima’ dan yang berkaitan dengannya. Orang-orang yang sopan akan menjauhi ungkapan-ungkapan itu dan mengunakan kata-kata sindiran, sebagaimana dicontohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah.

Tetapi kenyataannya, saat ini banyak perkataan keji dan jorok tersebar di media sosial, di koran-koran, majalah, buku, novel, radio, HP, atau lainnya. Bahkan ada perkara yang lebih buruk dan lebih keji dari sekedar ucapan. Mereka memviralkan ucapan atau tulisan dan membuat keresahan dimana- mana.

Anehnya sebagian dari mereka merasa bahwa itu merupakan hal yang biasa. Karena hati mereka sudah mati, kotor dan sakit. Keburukan itu justru dinikmati. Sedang orang-orang yang hatinya masih hidup, merasakan hal ini sebagai musibah.

Kelima: Keterlaluan Dalam Bercanda. Dalam Islam segala sesuatu ada adabnya. Begitu juga ketika bersenda gurau. Ada batasan mana yang patut mana yang tahu. Jangan lah semua waktu digunakan untuk bercanda dan membuat orang tertawa. Sesungguhnya banyak canda akan menjatuhkan wibawa, menyebabkan dendam dan permusuhan, serta mematikan hati. Nabi Muhammad SAW bersabda; "Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu akan mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah). Apalagi jika banyak bercanda ini ditambahi dusta, maka jelas akan lebih berbahaya.

Nabi Muhammad SAW memperingatkan dengan sabdanya: “Kecelakaan bagi orang yang menceritakan suatu, lalu dia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya ! Kecelakaan baginya !.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

Di zaman dahulu, bercanda dan membuat tertawa itu hanyalah dilakukan oleh pribadi-pribadi tertentu. Sebagaimana canda Nabi Muhammad SAW, maka hal itu tidak mengapa. Karena canda akan menyenangkan hati dan menyegarkan suasana. Sebagian ulama menyatakan bahwa canda dalam perkataan itu seperti garam dalam makanan.

Tetapi apa yang terjadi saat ini? Perhatikan fenomena di zaman sekarang, banyak grup lawak yang diunggah dengan candaan yang tidak etis. Bahkan untuk sekedar membuat orang tertawa candaan tersebut dilombakan dan dijadikan ajang bisnis. Sipelaku mendapat honor yang tinggi termasuk juri dan penyenggara. Disadari atau tidak setan telah menjerat banyak orang dalam kesesatan dan memanfaatkan mereka sebagai perangkap.

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menjaga lidah kita agar selalu mengucapkan yang bermanfaat, jauh dari jebakan setan dan terhindar dari ucapan-ucapan yang akan membawa kita pada kemaksiatan.

Muhasabah diri

10-11-2018

Top of Form

Bottom of Form

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul, bunda. Seorang muslim yang baik adalah yang dapat menyelamatkan saudaranya dari lidahnya. Jazakillah khoir untuk pesan indah ini, bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

10 Nov
Balas

Alhamdulillah, Salam sukses da sehat selalu ya Bu,,

10 Nov

Muhasabah amat penting utk tetap menjaga lidah, terimakasih bunda, sukses selalu dan barakallah

10 Nov
Balas

alhamdulillah, Allah beri kesempatan untuk bermuhasabah dan intropeksi diri. Tercurah doa yang sama untuk Bu Siti dan keluarga

10 Nov

Terima kasih Bunda sudah diingatkan...Barakallah..

10 Nov
Balas

Sama-sama Bu Rini, dengan pedoman hadis tersebut kita lebih hati-hati dalam menjaga lidah

10 Nov

Terimakasih, Bun. Bermanfaat dan sebagai pengingat diri saya agar dpt menjaga lidah tak bertulang ini. Sehat,sukses dan berkah utk Bunda Sri.

10 Nov
Balas

Mba Fila, Terima kasih sudah singgah dan juga apresiasinya

10 Nov



search

New Post